Lima mahasiswa aktivis dengan membawa bantuan datang ke sebuah desa miskin. Mereka membagi-bagikan pakaian bekas, sarung, baju, pakaian wanita yang semuanya pernah dipakai itu diterima dengan senang hati oleh masyarakat desa itu.
Setelah rombongan mahasiswa itu hendak pulang, bukan hanya lambaian tangan yang mencerminkan rasa terima kasih masyarakat desa itu, bahkan pandangan mata mereka ketika hendak melepas tamu-tamu yang baik hati itu menggambarkan rasa syukur yang sangat dalam. Seorang mahasiswa dalam mobil itu menangis seakan-akan tak kuasa menahan rasa haru.
"Tak usah engkau menangis," ujar seorang temannya menenangkan, "mereka sangat gembira oleh pemnerian kita!" Tapi anak muda itu seperti tidak mendengar ucapan temannya. Ia masih terus tersedu. Setelah tangisnya mulai reda, seorang temannya yang lain bertanya: "Aneh kau ini, sebenarnya engkau bergembira sehabis menggembirakan fakir miskin."
"Saya sangat terharu, dengan diberi baju bekas saja rasa terima kasihnya sudah sedalam itu, apalagi kalau yang kita berikan berupa pakaian baru, yang belum pernah kita pakai. Sayang, keikhlasan kita berinfaq masih kelas barang bekas. Kapan kita bisa meningkatkan keikhlasan hati kita untuk berinfaq dengan barang-barang yang sangat kita senangi."
Sumber: Sate Madura
Ditulis kembali: Syaefrudin_78@yahoo.com
No comments:
Post a Comment