Supakra berhasil menangkap seekor burung perkutut. Ia senang sekali. Perkutut itu dibelikannya sangkar yang bagus. Tetapi dasar burung yang baru ditangkap, perkutut itu menggelepar-gelepar tidak kerasan di dalam sangkar yang sempit. Sedangkan perkutut itu telah terbiasa dengan terbang bebas di angkasa yang luas tak bertepi.
Karena perkutut itu siang malam terus menggelepar-gelepar, Supakra merasa jengkel, kemudian ia berkata kepada perkutut yang tidak mengerti bahasa manusia itu, "Aku menangkapmu karena aku sangat senang kepada suaramu yang merdu, hidup bersama aku di rumah ini engkau tidak usah mencari makan ke sana kemari. Kalaau engkau lari ke hutan, siapa yang hendak mendengarkan suaramu?" setelah bicara begitu kemudian Supakra menaikkan burung perkutut itu ke atas panggungan bambu yang cukup tinggi. Ketika hendak kembali memasuki rumahnya, ia terpeleset kulit pisang sehingga ia jatuh terjengkang dan kemudian pingsan. Dalam pingsannya ia bermimpi masih bertanya kepada burung perkutut yang baru beberapa hari ditangkapnya, ujarnya, "Kalau engkau lari ke hutansiapa yang hendak mendengarkan suaramu?"
Burung perkutut itu tiba-tiba menjawab,"Jangan khawatir suaraku tidak ada yang mendengarkan. Suara kami bangsa unggas, suara katak, serangga, dan semua binatang adalah "dzikir" kepada Allah. Anda tahu, Allah sangaat senang mendengarkan dzikir kami."
Sumber: Sate Madura
Ditulis kembali: Syaefrudin_78@yahoo.com
No comments:
Post a Comment