06 December 2008

Rumput

Sambil bercengkerama di atas rumput di lapangan di depan masjid, beberapa orang jamaah memperhatikan layang-layang yang berwarna-warni terbang di angkasa berlatar belakang langit biru lazuardi. Dari jauh terlihat Mat Kacong mendekati mereka. Mereka menyambut Mat Kacong dengan gembira.

Setelah semua duduk beralaskan rumput hijau, mereka berbicara tentang perbaikan taman di depan mesjid Agung yg besar itu. Mat Kacong hanya mendengarkan percakapan mereka, maklumlah, ia hanya jamaah tamu yg beberapa minggu sekali datang berjamaah di mesjid itu.

Setelah bahan pembicaraan mereka habis, tiba-tiba seorang anak muda mengalihkan perhatian kepada rumputyang ada di lapangan itu, katanya, "Rumput-rumput di lapangan ini sejak dulu hanya begini-begini saja." "Maksudmu?" tanya seseorang. "Tampaknya selalu biasa-biasa saja, tidak memperlihatkan sesuatu yg baru." "Huh, kamu ini sering membicarakan hal-hal yg kurang ada artinya," sergah yg lain. "Masak soal rumput masih sempat menarik perhatian dan diperhatikan. Itu mubazir."

"Bagaimana perdebatan ini Pak Mat?" tanya seseorang kepada Mat Kacong. Yang ditanya hanya tersenyum penuh arti. "Bagaimana Pak Mat Kacong menengahi persoalan ini?"

Mat Kacong masih tersenyum. Lalu memejamkan mata. Kemudian baru bicara, "Kalau kita mengakrabi rumput-rumput yg kita injak ini dengan kacamata "cinta" kita akan merasakan rumput-rumput ini atau rumput di mana pun sebagai sesuatu yg baru dan menyegarkan." "Apa manfaatnya kalau kita melihatnya dengan kacamata cinta?"

"Silakan kalian memperhatikan rumput-rumput ini sekarang juga. Kemudian kita tinggalkan untuk salat maghrib. Besok setelah sholat subuh kita perhatikan kembali rumput-rumput ini."

"Paling-paling tetap seperti sekarang," komentar seseorang. "Tidak!" ujar Mat Kacong.
"Lho, kok tidak?" tanya seseorang yang lain.

"Rumput-rumput ini setelah kita tinggalkan satu malam pasti akan bertambah panjanag walau sepersejuta milimeter. Perpanjangan itu diikuti oleh semesta rumput yg tumbuh di atas seluruh permukaan bumi. Dan yang lebih hakiki dari itu ialah, pada yang demikian itu ada "kerja" Allah."

"Allahu Akbar!" seru hampir semua yang ada di situ. Dan benar, dari pengeras suara di atas mesjid Agung itu kemudian terdengar muadzin mengumandangkan kalimat "Allahu Akbar".


Sumber: Sate Madura
Ditulis kembali: Syaefrudin_78@yahoo.com




No comments:

Post a Comment